Jumat, 07 Desember 2012

Taman Nasional Laiwangi Wanggameti



Mungkin anda belum banyak mendengar atau bahkan belum mengetahui bahwa di pulau bagian timur Indonesia terdapat Taman Nasional Laiwangi Nasional Wanggameti yang merupakan salah satu kawasan konservasi alam di Indonesia. Suatu daerah yang memiliki keindahan bentang alam yang indah, atraksi budaya eksotis dari masyarakat Sumba yang memang belum banyak diekspos ke masyarakat luas.

Pengelolaan Kawasan


Kantor Balai Taman nasional laiwangi Wanggameti
Taman Nasional Laiwangi Wanggameti (TNLW) adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia tepatnya di Pulau Sumba dan berkantor di jalan Adam Malik , Kambajawa, Km 5 Sumba Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur. Ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 576/Kpts-II/1998 tanggal 3 Agustus 1998 dengan total luas 47.014 hektar. Taman Nasional Laiwangi Wanggameti dimana dalam pengelolaannya dibagi menjadi dua wialayah pengelolaan yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Tabundung dan Seksi Pengelolaan Wilayah Taman Nasional (SPTN) II Matawai Lapau. Dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kawasan, tiap SPTN tersebut membawahi dua (2) Resort Pengelolaan yaitu Resort Tawui dan Resort Praingkareha dimana tugas dan tanggung jawab ke SPTN Wilayah I Tabundung. Sementara Resort Nangga dan Katikutana Resort tugas dan tanggung jawab ke Wilayah II SPTN Matawai Lapau.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 sistem pengelolaan berdasarkan zonasi terdiri dari Zona Inti, Zona Rimba dan Zona Pemanfaatan. Sementara itu, menurut Permenhut Nomor 56 tahun 2006 mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 disebutkan di atas, zonasi dapat ditambahkan sesuai dengan keadaan di kawasan Taman Nasional yang relevan. Jadi Laiwangi Wanggameti Taman Nasional dalam rencana terdiri dari enam zona yaitu Zona inti, Kawasan Hutan, Zona Pemanfaatan, Agama Zone, Zona Khusus dan Zona Tradisional dengan melawan latar belakang dengan situasi dan kondisi di wilayah dan sosial budaya masyarakat. Sampai saat ini proses pembentukan zonasi telah dilakukan sampai tahap konsultasi publik dan masih menunggu proses selanjutnya di Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Visi dan Misi
TNLW manajemen visi adalah "Laiwangi Wanggameti Taman Nasional menjadi pusat konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem di Pulau Sumba dan pemanfaatannya untuk kesejahteraan masyarakat". Sementara TNLW misi manajemen yang akan berjalan pada periode 2010-2029 adalah:
1. Memastikan pemeliharaan proses ekologi di wilayah tersebut sehingga fungsinya sebagai sistem pendukung kehidupan di kawasan itu dapat berjalan secara optimal.
2. Menjamin pemeliharaan keragaman genetik dan tipe ekosistem di TNLW wilayah.
3. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam wilayah TNLW dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, pariwisata, dan rekreasi yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada peningkatan perekonomian dan kualitas hidup masyarakat.
4. Penguatan Balai TNLW kelembagaan.
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam TNLW manajemen.

Topografi

Pada topografi TNLW berbukit, hingga keadaan pegunungan dengan kemiringan agak curam sampai sangat curam. Topografi agak datar sampai bergelombang yang terletak di sebelah tenggara dan selatan TN Laiwangi Wanggameti, sementara yang lain memiliki topografi berbukit sampai bergunung dengan lereng agak curam untuk lereng curam. Adapun kelompok hutan Laiwangi Wanggameti termasuk dalam kelas 3 yang merupakan lereng curam sedikit (15% -25%), kelas 4 adalah lereng curam (25% -45%) dan kelas 5 adalah lereng sangat curam (≥ 45%) .


Lanskap Laiwangi Wanggameti

Iklim
Menurut Curah Hujan Pulau Sumba Peta Skala 1: 2.000.000 (Verhandelingen No.42 Map.II 1951), jenis iklim di pulau Sumba bervariasi dari C ke F. Untuk daerah curah hujan TNLW negara berkisar 100-1500 mm. Berdasarkan sistem klasifikasi hutan-Ferguson termasuk iklim Schmidth Wanggameti basah dengan kelembaban sekitar 71%.

Potensi Kawasan


Laiwangi Wanggameti adalah kawasan hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati (biodiversitas) flora dan fauna. Kelompok ini terdiri dari fauna mamalia termasuk 22 spesies, termasuk rusa (Cervus timorensis) dan babi hutan (Sus scrofa). Selain itu juga telah mengidentifikasi 72 jenis kupu-kupu, 7 macam Amphibia, dan 4 jenis reptilia. Tapi fauna liar spesies yang telah diidentifikasi di banyak daerah TNLW adalah burung, dari yang tercatat 215 spesies, ada delapan jenis di antaranya spesies endemik Sumba, seperti Julang Sumba (Aceros everetti), Kakatua Jambul jingga (Cacatua sulphurea citrinoristata ), gemak Sumba (Turnix everetti), Punai Sumba (Treron teysmani), Walik rawamanu (Ptilonopus dohertyii), Sesap madu Sumba (Nektarina buettikoferi), sikatan Sumba / sikatan Sumba (Ficedula Harteti) dan Punggok Wengi (Ninox Rudolffi).


Cacatua sulphurea citrinocristata



Parantica sp.


Grup flora termasuk Injuwatu (Pleiogynium timorensis), Kaduru (Palaquium sp), Tera (Artocarpus sp.) Lobung (Decaspermium sp.) Walakiri (Erythrina subumbrans), Mara (Tetrameles nudiflora), Wangga Kahembi (Schleira oleosa (Ficus sp.) ), Hurani (Toona sureni), Cendana (Santalum album) dan banyak lainnya.


Ficus variegata



Drymoglossi Folium



Anggrek



Mara (Tetrameles nudiflora)



Objek dan Atraksi Wisata di daerah Laiwangi Wanggameti berupa alam yang menawarkan panorama yang indah serta beberapa air terjun yaitu air terjun Laputi, air terjun, air terjun Kanabuai, air terjun Waikanabu, air terjun Kahalatau. Dan terdapat sebuah danau yang oleh masyarakat setempat dianggap sebagai tempat yang keramat dan terdapat belut keramat “Apu”.

Anguilla marmorata


Potensi budaya yang ada di dalam maupun  di luar kawasan adalah budaya batu Megalitik berupa makam yang sangat unik dan khas dan hanya ada di pulau Sumba. Di antara batu-batu kuburan dan kepercayaan masyarakat megalitik yang masih percaya pada kekuatan alam "Marapu". Budaya masih dilakukan / ada sampai saat ini. Terdapat pula mamoli yang merupakan perhiasan khas Sumba yang terbuat dari emas dan umumnya digunakan untuk upacara masyarakat adat.


Kubur batu



Mamoli


Sumber Daya Manusia
Mengingat tujuan pengelolaan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti sebagai kawasan pelestarian alam untuk tujuan pelestarian sumber daya hayati dan keseimbangan ekosistemnya sehingga diperlukan sumberdaya manusia dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Sumber daya manusia yang ada di Taman Nasional Laiwangi Wanggameti terdiri dari jabatan struktural, jabatan non struktural dan fungsional dan pekerja kontrak. Kondisi jumlah karyawan pada akhir Maret 2011 sebesar 47 orang, dengan kedatangan empat non-struktural orang calon pegawai negeri dengan latar belakang pendidikan Diploma III pada April 2011 saat itu sampai sekarang total karyawan di Laiwangi Wanggameti Taman Nasional bernomor 51 orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda dan daerah asal.

Aksesibilitas
Untuk menuju Taman Nasional Laiwangi Wanggameti dapat ditempuh dengan menggunakan berbagai sarana transportasi / armada. Transportasi yang tersedia untuk pengunjung meliputi:

1.      Jalan laut KM Ferry - ASDP:
Kupang-Ende-Waingapu dengan waktu tempuh ± 36-jam
Kupang-Aimere-Waingapu dengan waktu tempuh ± 32 jam.

2.   Pelni PT Pelni:
Kupang-Ende-Waingapu dengan ± 22-jam waktu perjalanan
Benoa-Waingapu dengan waktu tempuh selama ± 18 jam

3. Jalur Udara
Batavia Air: Denpasar-Kupang-Waingapu dan memakan waktu sekitar 2 jam & jadwal penerbangan setiap Senin, Rabu dan Jumat dengan biaya ± Rp 930.000,- atau $100.

Merpati Airlines: Denpasar-Waingapu dengan jadwal penerbangan Selasa, Kamis dan Sabtu dengan waktu tempuh ± 50 menit dengan biaya ± Rp 600.000,- atau $ 69

Merpati Airlines: Denpasar-Tambolaka dengan jadwal penerbangan Selasa, Kamis, Kamis dan Sabtu dengan biaya ± Rp 630.000,- atau $70. Kemudian dihubungkan oleh jalan darat dengan menggnakan travel dengan waktu tempuh sampai kota Waingapu ± 4 jam.

4. Rute menuju Taman Nasional Laiwangi Wanggameti dapat dicapai melalui:


Akses jalan
Waingapu-Simpang-Simpang Praipaha-Simpang Tarimbang-Karita-Tabundung-Wudipandak -Praingkareha (± 150 km).
Waingapu-Simpang Tanarara-Kawangu-Wanggameti (± 120 km)
Waingapu-Melolo-Kananggar-Nggongi (± 150 km)      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar